Enam mahasiswa Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya, Malang, Jawa Timur, berhasil menciptakan diabevaksin. Vaksin
yang ditujukan untuk menangkal penyakit diabetes ini telah diujicobakan
di laboratorium terhadap tikus. "Hasilnya, indikator kerusakannya
turun," kata Makhyan Jiblil Al Farabi, Jumat, 13 Juli 2012.
Vaksin ini diciptakan bersama Agustin Capriati, Laili Fitri Ni''amita,
Annisa Maulidia Mahdi, Sri Ratna Widyati dan Fetero Negeo. Penelitian
ini dilakukan beberapa bulan dengan biaya pemerintah sebesar Rp 10 juta.
Kini mereka tengah mengajukan hak paten atas vaksin temuannya.
Vaksin berbahan AGE BSA protein terglikasi KLH, yakni bahan diambil dari moluska ini tengah dilakukan penelitian terhadap kultur manusia. Selanjutnya, akan diproduksi secara massal bekerja sama dengan perusahaan farmasi. "Kemungkinan dipasarkan Biofarma 2018 hingga 2020 mendatang," ujarnya.
Diabevaksi, menurut Makhyan, bisa disuntikkan kepada anak usia 6-10 tahun. Usia tersebut dianggap paling ideal untuk kekebalan tubuh karena sistem imunitas tubuh telah berkembang, sehingga anak yang mendapat vaksinasi akan terlindungi seumur hidup. Vaksinasi membuat seseorang tak membutuhkan pengobatan saat kondisi tubuhnya terserang diabetes.
Kementerian Kesehatan memperkirakan pada 2020, jumlah penderita diabetes mencapai 7 juta jiwa. Penyebabnya, pola makan yang salah serta kurang olahraga. Apalagi masyarakat Indonesia cenderung mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat dalam jumlah besar dan minum dengan kandungan gula tinggi. Zat yang terkandung dalam gula dan bahan pangan itu menjadi penyebab diabetes.
"Vaksinasi akan memperkuat antibodi untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Menekan kematian akibat diabetes," ujarnya. Vaksin ini, katanya, juga akan dikembangkan dengan ekstrak jarum tiran yang berkhasiat untuk memulihkan pangkreas yang rusak. Sebab, penderita diabetes juga mengalami kerusakan pada pankreasnya.
Ekstrak jamur tiram ini bisa memulihkan pankreas secara bertahap. Pankreas, katanya, bisa ditambal hingga pulih. Atas penelitian ini, mereka mendapat medali emas dalam Pekan Ilmiah Nasional ke 25 di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Vaksin berbahan AGE BSA protein terglikasi KLH, yakni bahan diambil dari moluska ini tengah dilakukan penelitian terhadap kultur manusia. Selanjutnya, akan diproduksi secara massal bekerja sama dengan perusahaan farmasi. "Kemungkinan dipasarkan Biofarma 2018 hingga 2020 mendatang," ujarnya.
Diabevaksi, menurut Makhyan, bisa disuntikkan kepada anak usia 6-10 tahun. Usia tersebut dianggap paling ideal untuk kekebalan tubuh karena sistem imunitas tubuh telah berkembang, sehingga anak yang mendapat vaksinasi akan terlindungi seumur hidup. Vaksinasi membuat seseorang tak membutuhkan pengobatan saat kondisi tubuhnya terserang diabetes.
Kementerian Kesehatan memperkirakan pada 2020, jumlah penderita diabetes mencapai 7 juta jiwa. Penyebabnya, pola makan yang salah serta kurang olahraga. Apalagi masyarakat Indonesia cenderung mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat dalam jumlah besar dan minum dengan kandungan gula tinggi. Zat yang terkandung dalam gula dan bahan pangan itu menjadi penyebab diabetes.
"Vaksinasi akan memperkuat antibodi untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Menekan kematian akibat diabetes," ujarnya. Vaksin ini, katanya, juga akan dikembangkan dengan ekstrak jarum tiran yang berkhasiat untuk memulihkan pangkreas yang rusak. Sebab, penderita diabetes juga mengalami kerusakan pada pankreasnya.
Ekstrak jamur tiram ini bisa memulihkan pankreas secara bertahap. Pankreas, katanya, bisa ditambal hingga pulih. Atas penelitian ini, mereka mendapat medali emas dalam Pekan Ilmiah Nasional ke 25 di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar